Sejarah
Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan
Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5
Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu.
Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari
Bali ke
Pakuan.
Sampai sekarang, kapan tepatnya tanggal ulang tahun berdirinya
Kabupaten Purworejo, masih jadi bahan perdebatan. Ada yang berpatokan
pada pada tanggal prasasti diatas, ada juga yang berpatokan pada
diangkatnya bupati Purworejo I pada 30 Juni 1830.
Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai
Bagelen (dibaca /ba·gə·lɛn/). Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.
Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia-Belanda oleh pihak
Kesultanan Yogyakarta (akibat
Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam
Karesidenan Kedu
dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi
nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata
kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur
tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah
tentara Belanda asal
Pantai Emas (sekarang Ghana),
Afrika Barat, yang dikenal sebagai
Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya
indisch
masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo
(tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang
sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879).
Alun-alun Purworejo, seluas 6 hektar, konon adalah yang terluas di
Pulau Jawa.
[rujukan?]
Perekonomian
Pertanian
Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor
pertanian,
di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain. Sentra
tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi dan Banyuurip. Jagung
terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian besar
dihasilkan di Kecamatan Pituruh.
Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah (Bahasa Jawa:
empon-empon), yaitu:
kapulaga,
kemukus,
temulawak,
kencur,
kunyit dan
jahe
yang sekarang merupakan komoditas biofarmaka binaan Direktorat Jenderal
Hortikultura. Selain untuk bumbu penyedap masakan, juga untuk bahan
baku jamu. Empon-empon yang paling banyak dihasilkan Purworejo adalah
kapulaga. Sentra produksi di Kecamatan Kaligesing, Loano dan Bener.
Konsumen tanaman empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha
industri jamu jawa dan rumah makan.
Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari
kabupaten ini. Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap,
seperti : Jaya Guna, Serbuk Sari, Serbuk Manjur dan Cap Tawon Sapi.
Pembeli biasanya mendatangi sekitar lima toko penyedia bahan jamu di
Pasar Baledono.
Kecamatan Grabag dikenal sebagai sentra kelapa yang produksinya
selain dimanfaatkan sebagai kelapa sayur, juga diolah menjadi gula merah
dan minyak kelapa serta merupakan pusat penghasil mlinjo yang buahnya
dijadikan makanan kecil, yaitu : emping. Kecamatan Kaligesing, Bener,
Bruno dan Bagelen dikenal sebagai penghasil
durian
di Kecamatan Pituruh anda akan menemukan sentra hortikultura/pusat
hasil buah, yaitu : buah pisang, karena di antara pasar yang ada di
Purworejo, Pituruh menyumbang 40% pisang dari keseluruhan pisang di
Purworejo.Komoditas pisang di pasar Pituruh dihasilkan dari desa
Ngandagan,Kalikotes,Klaigintung,Pamriyan dan Petuguran
Perkebunan
Kelapa merupakan tanaman perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan
kedua setelah padi bagi sebagian besar petani di Kabupaten Purworejo.
Komoditas unggulan perkebunan yang lain, yaitu : Kopi, Karet, Kakao,
Vanili (tanaman tahunan) dan Tebu serta Nilam (tanaman semusim).
Komoditi Tembakau rakyat sebagai usaha tani komersial, juga telah
memberi kontribusi kepada pendapatan negara (Devisa) dan pendapatan asli
daerah (PAD), sehingga pada 2008 dan 2009 Kabupaten Purworejo mendapat
Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). Upaya pemerintah pusat dalam
pembangunan perkebunan di daerah, telah merintis pengembangan tanaman
jarak pagar yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mewujudkan desa
mandiri energi sebagai solusi menanggulangi kelangkaan bahan bakar.
Peternakan
Di bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo adalah
kambing peranakan etawa (PE), yakni kambing dari
India
yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di
Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno, dan
Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing
lokal, sehingga tercipta kambing PE ras
Kaligesing. Bagi sebagian
besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan
tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah kambing
dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke
Jawa Timur (
Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatera (
Bengkulu,
Jambi),
Riau dan
Kalimantan(
Banjarmasin), bahkan pada 2005 - 2006 pernah ekspor ke Malaysia.
Industri
Di bidang industri, Purworejo memiliki satu
industri tekstil
di Kecamatan Banyuurip. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua
industri pengolahan kayu dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang
sama dengan 235 tenaga kerja di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri
yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak. Industri ini mulai
dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak
bermerek
Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara. Meski baru
setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai kehidupan masyarakat
Kecamatan Bener. Di Tahun 2007 berdiri cabang dari rokok Sampoerna di
Kecamatan Bayan yang telah memberi kesempatan kerja relatif banyak
dengan SDM tidak hanya yang berasal dari Kabupaten Purworejo saja,
karena banyak juga tenaga kerja berasal dari luar kabupaten, yaitu :
dari Kabupaten Wonosobo dan Temanggung.
Pariwisata
Dalam bidang pariwisata, purworejo mengandalkan pantainya di sebelah
selatan yang bernama "Pantai Ketawang", "Pantai Keburuhan (Pasir Puncu),
"Pantai Jatimalang" didukung dengan gua-gua : "Gua Selokarang" dan
"Sendang Sono", di Sendang Sono (artinya : Kolam dibawah pohon Sono)
masyarakat mempercayai bahwa mandi disendang tersebut akan dapat
mempertahankan keremajaan. Goa Seplawan, terdapat di kecamatan
Kaligesing. Goa ini banyak diminati wisatawan karena keindahan goa yang
masih asli dan juga keindahan pemandangan alamnya serta hasil buah
durian dan kambing ettawa sebagai salah satu ciri khas hewan ternak di
Kabupaten Purworejo. Disamping itu, terdapat juga air terjun "Curug
Muncar" dengan ketinggian ± 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan
panorama alam yang masih alami.
[3] gua pencu di desa ngandagan,merupakan bentuk benteng seperti
gua
pada zaman belanda;dan pada masa itu gua pencu pernah didatangi oleh
presiden sukarno,tapi sekarang sudah tidak terawat karena kurang
pedulinya aparatur pemerintahan desa,dan jika anda ingin menikmati
suasana sejuknya alam anda d\tinggal melanjutkan perjalanan ke utara
karena disana anda dapat menemukan hutan pinus yang sangat sejuk dan
dingin engan panorama pegunungan dengan hamparan ladang petani yang
permai, Geger menjangan sebelah kolam renang artatirta dengan panorama
prgunungan yang asri dari puncak. Kawasan gunung tugel sebelah utara
kutoarjo dengan panorama prgunungan yang asri dari puncak. Jalan
Ketawang Kutoarjo tempat berlangsungnya Balapan motor tiap malam minggu
dengan aksi-aksi yang menakjubkan kreasai motr anak-anak purworejo.
Alun-alun kutoarjo berkumpulnya anak-anao purworejo basecamp bikers
purworejo berbagai motor anak-anak purworejo yang full modivication.
Makanan khas daerah
Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain:
- Dawet Hitam: sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta.
- Tahu Kupat
(beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan
dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan
sayuran seperti kol dan kecambah.
- Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti cincin, digoreng gurih
- Clorot :
makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam
pilinan daun kelapa yang masih muda (janur kuning). (Berasa dari
kecamatan Grabag)
- Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak, berbentuk bulat, gepeng.
- Lanting :
makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja
ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras
daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.
- Kue Satu : Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.
- Kue Lompong : Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah mengering berwarna kecoklatan (klaras).
- Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu
- Krimpying :
Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tapi berukuran
lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak
seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan. Rasa
makanan ini gurih.
- cenil: makanan ini tebuat dari tepung ketela.
- Awuggawug: terbuat dari tepung beras ketan yang berisi gula jawa rasanya manis.
- Lapis: dari tepung beras ketan.
Transportasi
Purworejo terletak di jalur Selatan Jawa yang menghubungkan
Kota Yogyakarta
dengan kota-kota lain di pantai Selatan Jawa. Purworejo dapat ditempuh
melalui darat menggunakan moda transportasi jalan raya dan
kereta api. Stasiun besar di kabupaten ini terletak di
Kutoarjo yang disinggahi kereta api ekonomi jurusan
Bandung Kiaracondong -
Stasiun Yogyakarta, Bandung -
Madiun dan
Purwokerto -
Surabaya serta kereta bisnis seperti
Senja Utama Solo dan
Senja Utama Yogya. Kereta eksekutif yang singgah di stasiun ini adalah
Taksaka II. Dari stasiun Kutoarjo sendiri juga memberangkatkan kereta api sendiri yaitu
Sawunggalih Utama jurusan
Purworejo -
Jakarta Pasar Senen serta
Sawunggalih Selatan jurusan Purworejo - Bandung
Terminal bis utama di kabupaten ini terletak di antara Purworejo -
Kutoarjo tepatnya di kecamatan Banyuurip. Sementara itu, Purworejo
menghubungkan kota-kota Kebumen di sebelah barat, Wonosobo di sebelah
utara, Magelang di sebelah timur laut, dan kota Wates (Kabupaten Kulon
Progo, DI Yogyakarta) di sebelah timur. Di sebelah selatan kota
Purworejo dikenal jalan raya yang diyakini sebagai bagian dari proyek
pembangunan jalan raya Trans-Jawa, Anyer-Panarukan, saat pemerintahan
Hindia Belanda berkuasa yang saat ini lebih dikenal dengan jalan
Daendels.
Legenda
Tundan Obor: setiap musim penghujan, saat hujan rintik, pada senja
hari (surup), terdengar suara bergemuruh seperti kentongan ditabuh di
sepanjang kali Jali, dimana akan ditemukan beberapa barisan obor yang
melayang sepanjang sungai Jali, dari
Gunung Sumbing
hingga ke pantai, sampai saat ini beberapa warga masyarakat masih
meyakini hal ini (dan beberapa mengaku masih menyaksikan). Sebagai
bagian dari daerah pesisir Pantai Selatan, legenda Nyi Roro Kidul juga
beredar luas di kalangan penduduk.
Kesenian
Purworejo memiliki kesenian yang khas, yaitu
dolalak,
tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti : Bedug,
rebana, kendang. Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari,
dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya
pria, atau seluruhnya wanita). Kostum mereka terdiri dari : Topi pet
(seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata
hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar).
Biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance
(biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering
disebut juga dengan nama
Dolalak
Dzikir Saman
mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan
penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung,
nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah (
arab, artinya :
sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik
perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi
musik-musik yang di
request oleh penonton)
Tari Dolalak
Tari dolalak merupakan tarian khas daerah Purworejo. Tari ini
merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Pada masa
penjajahan Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan
menggunakan seragam militernya dan diiringi dengan nyanyian yang berisi
sindiran sehingga merupakan pantun. Kata dolalak sebenarnya berasal dari
notasi Do La La yang merupakan bagian dari notasi do re mi fa so la si
do yang kemudian berkembang dalam logat Jawa menjadi Dolalak yang sampai
sekarang ini tarian ini menjadi Dolalak.